Rabu, 10 Juni 2015

NIKMAT

Duduk di ruang tunggu lantai 2 pajajaran 55 Bogor. Ditemani aneka minuman dan camilan. Mata menjelajahi jalan pajajaran yag tak sepi namun juga tak lengang. Ruangan sejuk tak bising namun pun tak senyap. Maka nikmat Tuhan manakah yang dapat aku dustakan..?

Kadang...nikmat itu terlalu sempit kita pahami. Adakah dia cuma sebatas rupiah yang tertera di rekening kita..? Atau bertambahnya aset yg dimiliki? Atau bertambah banyak dan luasnya rumah dan kebun kita..?

Di sini...di ruang tunggu lantai 2 Pajajaran 55 yang tak bising pun tak senyap...aku duduk ditemani secangkir milo panas dan sepiring kecil camilan. Sungguh nikmat yang tak semua orang bisa menerimanya sebagai nikmat. Lantas nikmat Tuhan manakah yang dapat aku dustakan..?

Selasa, 09 Juni 2015

TEMAN

Siang tadi terima telpon dari seorang teman lama, lamaa sekali. Teman 27 tahun lalu. Tidak terlalu surprise sebenarnya. Karena kemaren2 saling bertukar kabar dan cerita lewat telpon.
Tapi bertukar kabar lewat telepon itu sudah lama kami akhiri tanpa kesepakatan karena sesuatu yang bisa membawa pada fitnah.

Dan hari ini...sang teman menghubungi saya lagi. "Apa kabar?...sekarang sombong..atau cuma perasaan saya saja?"

Dan saya sungguh tertawa geli mendengarnya...persis kaya anak kecil yg lagi ngambek.

Ingin rasanya bilang "woii...kita nih dah tuir..ga usah pake perasaan2 deh..!"

Tapi yang keluar malah tawa lucu dan " kok sombong..? Sombong dari mana?..sayakan ga ke hongkong..kalo habis dari hongkong  baru tuh.. sombong.."

Setelah itu obrolan yang sempat terputus beberapa lama ini kembali mengalir. Karena, kami pada dasarnya adalah teman dekat dulunya. Yang setiap hari ngobrol dan bercanda di sekolah.

memang...saya ga pernah lagi calling2 dia. Ga pernah berusaha menghubunginya. Kalo dia telepon saya terima, kalo ga telepon ya bodo amat.

Diantara obrolan kami ini ada celah, celah yang nantinya bisa membawa fitnah. Dan untuk alasan itulah saya sekarang tak berusaha menjalin komunikasi dengannya.

Dan pada akhirnya setelah membicarakan hal2 yang kurang penting dan ga penting..sang temanpun mengucapkan selamat puasa dan kamipun saling meminta dan berbagi maaf.

Dan...maaf ya teman..sungguh bukan bermaksud sombong..tapi ...bagaimanapun kita tetaplah teman. Okey teman..:)

Maksud hati menghindari kata yg mungkin bisa merusak hati, apa daya..diam ternyata diartikan berbeda. Dulu...belum dulu banget sebenarnya. Jika marah, ada yg tidak berkenan di hati, aku mungkin akan langsung bilang. Tapi sekarang...setelah dingatkan beberapa  kali, ternyata masih begitu saja...diam adalah pilihan terbaik.
Tapi anehnya..diam ini malah membuat hatinya susah..
Apakah masih menjadi urusan sayakah?
Addow..p