Kamis, 21 November 2013

MACET MULU

Mengambil hak orang lain bukan hanya sekedar mengambil harta orang lain dengan tidak benar. Mengambil hak orang lain bisa terjadi dimana saja tanpa disadari.

Memotong jalur antrian, menempati tempat duduk orang yang berhak, bahkan mengambil badan jalan dari arah yang berlawanan.

            


Detik2 terakhir Rosulullah menjelang ajal


           ‘Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”
           Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
          “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
          Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
          Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
          Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”.”Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
          “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
          Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. ” Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
          “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.”Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”
          Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
          “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
         “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh,          karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
          Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.”Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!” – “Umatku, umatku, umatku”

Rabu, 20 November 2013

KULIAH NENG...??

Di Polsek Bogor Selatan Sabtu pagi menjelang siang 16 November 2013

"Ada keperluan apa Bu..?"
"Mau bikin surat keterangan kehilangan Pak.."
"Ditunggu aja ya Bu, setelah Ibu satu ini"

Duduk menunggu...
Tiba-tiba..
"Yang hilang apa Neng..?"
"ATM bu."
"Kerja di Bank apa?"
"Bukan bu, saya kehilangan ATM."
"ATM Bank apa?"
"BNI Bu..".(duuuh ibu ini nanyanya detil amat siiiiy..)
"Udah kerja apa masih kuliah neng..?"
Wakwawwwww.....
"Kerja Bu.."
"Kerja dimana?, PNS ya?"
"Iya Bu." sambil ambil jalan ngedeketin TJ, si ibu ngelirik ga yakin..

"Si Ibu itu ngirain masih kuliah...hehehhe..masih pantes ya.."
"Iya ...kuliah S3..." :P
"Sirik deh..." :)


Kamis, 14 November 2013

KELUH

Manusiawi sebenarnya kalau kita mengeluh... tapi kenapa sih ga liat tempat dan waktu kalo ngeluh. Mungkin kalau dibilangin " jangan sering ngeluh dong"...jawabannya " ga ngeluh kok...cuma curhat doang....iseng doang..."
 Kenapa ga nyari temen aja sih yang bisa dipercaya buat berbagi. Terserah deh nanti mau mengeluhkan atau mencurhatkan apa. Sebanyak mungkin dan sesering mungkin juga ga papa...sepanjang teman curhatnya ga keberatan.
Kenapa kita harus mengeluh dengan kondisi kesehatan kita di media sosial... sepanjang hidup diberi kesehatan lalu kemudian diberi cobaan kesehatan baru beberapa saat kita sudah mendramatisir keadaan dengan rasa sakit yang diderita, obat segambreng yang harus diminum, ngantri di dokter yang bikin beteh.
Mengapa harus mengeluh di facebook. twitter dan segala macam namanya karena kita terpisah dari keluarga..yang nyata-nyata padahal Tuhan memberikan pilihan kepada kita untuk berkumpul atau berpisah dengan mereka.
Kenapa kita hobi menguplod kesedihan, kesusahan yang kadangkala menjadikan sarana debat kusir bagi orang-orang yang akal dan pengetahuannya masih dangkal.
Kenapa kita tidak malu mengungkapkan/menulis kekecewaan terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi kepada banyak orang yang saya yakin tidak semuanya punya kepedulian dengan hidup kita. Bisa jadi ada yang memberikan kata-kata simpati walaupun basa basi, tapi tak sedikit juga yang mencibir apa yang kita sampaikan tidaklah penting bagi mereka.
Ada apa dengan kita manusia modern ini, apakah sudah demikian parahnya hubungan nyata kita dengan orang-orang sekitar kita sehingga kita tak punya cara dan jalan lagi untuk berbagi kata dan rasa kecuali lewat dunia maya...??
Ingatlah Sahabat...Allah tidak menyukai orang yang berkeluh kesah... bukan tidak boleh kita mengeluh...tapi cobalah bijak untuk menggunakan tempat dan sarana yang ada. jangan kita terjebak dan dimanfaatkan oleh kemajuan teknologi yang ada. Sehingga kita kadang lupa telah mengumbar aib dan rahasia diri dan keluarga kita, sedangkan Allah sudah demikan baiknya menutupi kesalahan-kesalahn kita. Lantas alasan apakah kita membukanya pada banyak orang yang tak patut tahu dengan kejadian apa yang menimpa kita.


Senin, 04 November 2013

ZAHRA LAGI

Suatu sore sepulang kursus....
"Mama...Zahra udah tau nanti kalau udah jadi arsitek mau bikin gedungnya kaya apa..." /
"Kaya apa de..?" /
"Pokoknya Zahra udah tau, gambarnya udah ada di dalam fikiran Zahra, nanti Zahra mau bikin kaya gitu.."/


Sore lain sepulang kursus lagi..
"Kenapa sih Ma kok banyak orang nikah sekarang..? deket sekolah Zahra banyak banget janur tanda orang nikah.." /
"Sekarang masih bulan haji De, katanya bulan jahi itu waktu yang baik untuk nikah.." /
"Zahra juga nanti kalau nikah mau bulan haji ah..."/
"Zahra maunya suami yang kaya gimana..?"/
"Yang baik.."/
"Baik itu kaya gimana De?"/
"Kaya ayah..!"



TUA KEJEMUR

Beberapa hari yang lalu saya ada tugas diluar kantor. Singkatnya namatugas itu Sensus Pajak. Dan seperti umumnya sensus, saya mendatangi rumah ke rumah untuk mendata dan menayakan beberapa hal berkaitan dengan pajak. .
Sampai akhirnya saya samapi pada satu rumah yang dihuni oleh sepasang suami istri yang cukup berumur. Sepertinya pensiunan, dan sekarang mereka mempunya usaha produksi roti.
Walaupun saya diterima dan diijinkan masuk, namun jelas sekali sikap bermusuhan dan tidak suka dari mereka, terutama sang suami.
Pada saat saya menanyakan "Apakah Bapak sudah punya NPWP..?"/
"Ga punya..ngapain punya NPWP..uang pajaknya diambil sama Gayus..saya kenal semua orang pajak dan semua kaya Gayus. Kerjaannya ngambilin uang rakyat aja..!"
"Kita dah jijik sama pajak" istrinya menambahkan.

Tiba-tiba saya merasa sangat kasihan dengan mereka berdua. Entah kenapa saya ga merasa perlu marah atau kesal dengan mereka. Yang ada benar2 rasa kasihan dan sedih.
Kasihan karena di usia senja, ternyata tidak banyak orang yang bisa berfikir, bertindak dan berkata bijak.
Kasihan karena mereka sudah berbohong untuk sesuatu yang ga ada gunanya buat mereka. "Saya kenal dengan semua orang pajak". Ada 32.000 orang pegawai pajak. Apakah Bapak benar2 kenal dengan mereka..?
Saya sedih dengan fitnah mereka :"Semua orang pajak seperti Gayus, kerjaannya ngambilin uang rakyat."
Dalam usia senja seperti mereka, kenapa harus berburuk sangka dan menuduh orang tanpa dasar tidak menjadikan mereka malu...?? Memfitnah semua orang pajak mengambil uang rakyat.
"Kita jijik dengan pajak"...betapa buruknya kalimat yang diucapkan oleh seorang yang mestinya jadi panutan, dihadapan saya yang mereka sama sekali ga kenal dan mereka tidak tau sedikitpun tentang saya.

Saya sungguh sedih, karena orang tua yang mestinya jadi panutan saya telah membuat saya sangat kecewa dan patah hati....

Kalau menurut versi "sahabat" saya TJ dia punya istilah untuk orang-orang tua yang seperti itu "Tua Kejemur"

Jumat, 01 November 2013

ZAHRA

Lebaran Haji kemarin di Cirebon...

"Mama, zahra cuma nanya ya..ini seandainya loh..moga-2 ga kejadian. Kalau misalnya ayah dipindah kerja jauh ke luar kota..trus mama masih suka tinggal di Bogor, Mama ikut ayah atau tetep tinggal di Bogor Ma?"

"Mama tanya ayah dulu de.. kalau kata ayah mama di Bogor aja karena zahra sama kakak2 sekolah, mama tetep di Bogor, tapi kalau disuruh ikut ayah mama akan ikut."
Kenapa de?"

"Soalnya Zahra pernah baca buku "Rumah yang tidak dimasuki oleh malaikat" katanya salah satunya istri yang ga nurut sama suami.."