"Tak mustahil, bahwa kita ternyata ada dalam barisan orang-orang yang menghambat pertolongan Allah"
“Saya tidak takut dengan musuh yang banyak, tapi saya lebih takut
kepada banyaknya dosa yang kita bawa. Sehingga kita akan kesulitan
mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.” (Umar Ra)
Bukan waktu yang sebentar kalau kamu hanya diam menunggu...
Dan ternyata bukan waktu yang panjang bila kau bahagia bersamaku
Tiba-tiba...
Entah mengapa aku merasa kau terlalu cepat tumbuh..
Entah mengapa aku merasa bahwa aku tak bisa lagi berlama-lama memelukmu
Sebentar lagi kau akan merengkuh dunia dan mimpi...berlarian dan berkejaran mengejar waktu bersama orang-orang di sekitarmu. Berdesakan dalam ruang dan waktu..
Lelaki kecilku...
15 tahun memeluk dan mendekapmu...terasa takkan pernah kering cerita dan berita mengiringi perjalanan panjangmu menjalani hidup.
Teringat menjelang malam kita bertukar cerita...sambil terkantuk aku mendekap mungil kepalamu. ..dan mungkin nanti...ada wanita lain di masa depanmu yang akan mendongengkan tidur malammu menggantikan peranku.
Entah mengapa...aku mulai hawatir...entah mengapa aku mulai resah...
Kau akan selalu tumbuh tanpa aku bisa rengkuh lagi...kau akan pergi tanpa bisa tiap pagi aku tatap lagi.
Lelaki kecilku...
15 tahun kau sebut selalu namaku...15 tahun kau selalu cium pipi, kening dan tanganku...
Aku nelangsa membayangkan bila saatnya tiba...takkan lagi setiap pagi kau cium pipiku..takkan lagi setiap malam menjelang kau peluk tubuhku yang telah kalah olehmu. Aku menahankan tangis mengingat semuanya akan berakhir beberapa saat lagi...
Kau akan pergi menjemput semua mimpimu ....Dan saat itu aku hanya bisa menggumam rindu seraya berdoa bagi keberkahan hidupmu.
Pergilah lelakiku...kejar dan raihlah mimpimu......
Selamat lelaki kecilku...
15 tahun sejak pertama aku memandangmu...mendekap dan meneteskan air mata karena bahagia
Dan hari ini...lelaki kecilku...
Masihkah kau menjadi lelakiku untuk selamanya...?
Keberkahan, kemuliaan, kebahagiaan, kemudahan, keindahan, selalu untuk hidupmu...
Do'aku takkan pernah lepas mengiringi kemanapun kakimu mengajak tuk melangkah..
Selamat Ulang Tahun Kak...
Mama bangga dan bahagia punya anak seperti kakak.....
Terima kasih telah menerima kami sebagai orang tua...meskipun kami tak pernah sempurna....
Goyang duyung…goyang ngebor…goyang gergaji..goyang dombret….dan
sekarang goyang itik..
Hadeuuuuh….. kreatip banget yak… sampai segala macem goyang
dari “asset” yang sama bisa diciptakan. Dan sensasi yang dihasilkan sih
sepertinya sama …begitu juga efeknya.. “Bikin hidup lebih hidup…” terutama para lelaki yang melihatnya. Gubrag
dah…
Saya ga pernah tau dan ga terlalu pengen tau juga maksud si
penggoyang atau yang menciptakan goyangannya itu tujuannya untuk apa. Apa iya
untuk menggoda nafsu para lelaki… atau hanya sekedar cari sensasi atau…bisa
jadi itulah salah satu atau satu2nya cara mereka untuk bertahan hidup dalam
dunia yang tak lagi ramah ini.
Tidak mudah memang hidup tanpa keahlian dan keterampilan di
jaman sekarang. Setiap orang dituntut untuk punya sesuatu yang “laik jual” walaupun caranya kadang kontroversial.
Sebagian besar para wanita terutama ibu2 mencela bahkan
merendahkan goyangan mereka…entahlah kehawatiran itu karena apa…bisa jadi
hawatir suami..pacar mereka bakal manteng di depan tipi sambil mata melotot dan
mulut ternganga..dan mungkin sedikit air liur yang tanpa terasa menetes
dipinggir bibir mereka. Sebagian kecil lainnya malah menjadi pengikut dan
bangga bisa menirukan dengan persis goyangan tadi.
Dan sebagian besar laki2 menjadi penikmat…ada yang
terang-terangan…adapula yang pura2 ga suka padahal setengah mati pengen liat
juga. Dan sebagian kecil lainnya menggerutu yang kadang ga jelas juga gerutuan
mereka kenapa.
Terlepas dari seperti apa goyangan dan dampak goyangan
mereka…ada satu yang menarik hati saya.
Latar belakang mereka…
Hampir semuanya berlatar belakang sama…menurut saya
loh..walaupun dalam kadar yang sedikit berbeda.
Meraka pada umumnya berasal dari keluarga sederhana…hidup
prihatin…sebagian malah mengaku untuk makan aja susah.
Dalam keprihatinan hidup tadi…mungkin saudara..tetangga kiri
kanan ga peduli atau mungkin bernasib sama sehingga ga bisa juga membantu hidup
mereka.
Kalau sebagian orang yang hidupnya prihatin berusaha dengan
menjadi buruh cuci, penjaga toko…TKI ke negara tetangga..jadi pelayan di restoran dan bahkan ada yang
mengambil jalan pintas semisal menjadi wanita malam…dan mereka memilih untuk
merubah hidup dengan bergoyang.
Banyak pilihan yang diambil orang untuk merubah nasibnya…
dan jalan yang mereka tempuh adalah dengan menjual goyangan yang bisa bikin
para laki2 pusing 7 keliling..ga bisa tidur 7 hari 7 malam.. dan kemudian
mengandaikan segala macam hal yang bisa membuat istri atau pasangan mereka
cemburu 7 turunan.
Siapakah yang salah…?
Apakah mereka yang telah menjual goyangan…?
Atau lingkungan masa lalu mereka yang tak pernah peduli
dengan kesulitan mereka..?
Para lelaki yang napsunya memang sudah begitu dari sananya…?
Ataumedia cetak, TV
dan media lainnya yang telah ikut andil besar dalam “membesarkan” goyangan
mereka…?
Ataukah masyarakatyang telah memberi apresiasi dan tempatbagi goyangan mereka..?
Hari gini….dimana standar derajat manusia telah jauh
bergeser….dimana akhlak mulia dan terpuji sudah tak lagi menarik hati, dan
semuanya telah digantikan oleh harta…segala macam cara akhirnya sah2 saja
dilakukan orang untuk mendapatkannya.
Hari gini…
Anda takkan pernah didengar bila belum punya mobil keren..
Hari gini…
Anda takkan dilirik kalau tak menggunakan jam tangan
berharga jutaan rupiah..
Dan anda takkan diperhitungkan bila tentengannya bukan
Hermes..
Dan tak pernah dianggap ada bila tak punya gadget wah…
Dan Anda tak pernah berharga bila takpernah tau tempat kongkow yang keren
Pagi ini tak pernah sama dengan pagi kemarin…meskipun
matahari tak pernah berganti. Begitu juga dengan kamu dan aku. Aku adalah
kamu…dan kamu adalah aku.
Tak peduli sekalipun matahari nantinya tak lagi satu…tak
peduli berapa jauhnya kamu atau aku berjalan.
Kamu dan aku takkan terganti…sekeras apapun mereka mencoba
untuk memaksa ruang antara kita.
Dan kamu…. Telah sejauh ini mengisi ceritaku…dan aku pasti
tak pernah kenal kata bosan melukis dongengmu.
Jika saja kita telah sampai pada ujung perjalanan ini…entah
kamu atau aku yang tak lagi setia pada waktu…
Sekalipun kamu tak lagi mengenangku…
Tak jadi soal asalkan bahagia tak pergi darimu..Lihatlah
garis perjalananmu..ikutilah kata hatimu..
Sekalipun aku adalah kamu…dan kamu
adalah aku.
Ruang dan waktu tak mungkin selalu setia seperti aku padamu.
Dulu... sebelum cerita ini dirangkai dalam gelak, tawa, sedih
dan air mata.
Pada masa yang tak pernah kita pikir bahwa kita adalah satu…satu
babak kehidupan juga telah dimainkan walaupun peran itu tak diberikan padaku
dan padamu.
Tapi cerita itu terus berjalan..tak pernah menunggu aku dan
kamu untuk datang memerankannya.
Dan akhirnya sampailah kita pada satu adegan untuk dipertemukan
dalam satu panggung kehidupan yang menantang.
Kamu…
Pernahkah berangan berjumpa dengan aku sekarang…?
Dan aku tak pernah diberi mimpi bertemu dengan kamu yang
telah menggambar angan dari masa laluku.
Seperti angin yang bertiup...seperti hujan yang turun, seperti burung yang berkicau
Panjang jalan yang telah tertempuh tidak selalu mebawa cerita, kadangkala berjalan tanpa rasa kadangkala menekur mencoba mencari makna.
OOh dunia...panjangmu tak terasa pabila canda dan tawa tak berganti dengan cerita lara. Bilamana matahari mencoba keluar menyibak dingin pagi hari..pada saat yang sama tak punya rencana dan berita untuk mengapa dan bagaimana.
Teruslah berjalan saja...berlaripun tak mengapa. Andai saja bertemu dengan bunga cinta...tak salah pula kau petik satu saja.
Oh...hidup yang berjalan tanpa pernah mau menunggu sekejap matapun..kemarin tak lagi akan kita jumpa walau tuk sekedar bersapa. Tak ada masa tuk bertanya kabar hari yang kemarin dan tak ada cara tuk bertanya besok apa yang akan berlaku.
Turuti sajalah langkah yang sering tak mengenal arah, janganlah marah dan gundah dengan sekitar yang telah mengusik hari2 mu.
Nikmati saja pemandangan orang2 yang berlarian disepanjang jalan mengejar mimpi mereka yang tertinggal entah dimana. Pandangi saja bocah dekil yang tertidur lelap di trotoar dekat lampu merah. Senyumi saja pengemis dan pengamen yang datang mengencreng kaleng dan gitar butut mereka.
Kamu bisa berbuat apakah...? lakukanlah tanpa peduli bisik-bisik disekeliling.
Karena tak banyak dari kita yang bisa merasa. Dan tak banyak pula dari yang bisa merasa bisa melakukan apa.
Wajah lelah, wajah gundah, wajah ceria, wajah marah, wajah murka...kamupun hadir meramaikannya. Menjadi tontonan mereka yang lain...seperti kita menonton mereka. Kita ikut bergabung dengan desakan dan himpitan di commuter..berbaur dengan aroma keringat di bus antar kota antar propinsi. mencabik pagi buta dengan hentakan pada pedal gas dan membelah aroma rumput yang basah karena semalam tersiram hujan.
Menjadi aktor sekaligus penonton untuk satu sandiwara besar kehidupan.... tersenyum mengejek pada ketidakharmonisan angkot dengan sepeda motor... sementara diseberang sana menerima teriakan sangar dari pejalan kaki yang terciprat lumpur jalan.
Kita bisa berlakon apa saja...pilih saja lakon yang kamu maukan. Tak cukup satu lakon...? Kamu bisa pilih beberap lakon lain yang bisa membuat diterima dibanyak komunitas yang menjamur.
Sampai dimanakah pelarian ini..??? bawalah serta mimpi yang kadang tak lagi jelas. Bawalah angan yang tak lagi kamu yakin bahwa kamu masih pantas mengangankannya. Tak mengapa...jadi penghibur saja ...agar jalan tak terasa begitu panjang dan tak berujung.
Jangan pula lupa membawa genta yang akan mengingatkan, bahwa sampai atau tidak sampai ditapal batas jalan.....waktu pasti akan segera habis.
Sejak adanya social media semacam facebook,twitter, dan media chatting yang bejibun…
maka terbukalah jalan bagi banyak orang yang tadinya tidak berani berekspresi
di dunia nyata untuk mengekspos segala macam bentuk komentar, ide, dan foto.
Banyak yang isinya “berisi” namun ga sedikit juga yang isinya “kosong” dan
lebih parahnya kadangkala hanya “sampah”.
Banyak orang yang di dunIa nyata bukan siapa2 dan untuk sekedar
mengacungkan jari saja tidak berani…namun begitu masuk ke dunia maya…berkomentar
paling berani, seolah2 mereka menjelma menjadi seorang yang benar2 berbeda. An
seakan itu bukanlah diri mereka.
Tidaksedikit orang
yang kalau bertatap muka tak berani menyapa, dan kadangkala hanya nyengir
kuda…dan kalau anda buka foto2 nya di media social…mereka telah menjelma
menjadi “selebriti” yang gaya dan posenya tak kalah dengan model profesional.
Dan diantara mereka kadangkala tak merasa sungkan untuk
membuka “aib” dan dibaca oleh ratusan bahkan ribuan temannya yang belum tentu
ikut peduli dengan segala keluh kesahnya. Dan banyak yang merasa bangga dengan
jumlah teman semu yang mereka punya di facebook dan follower bejibun di
twitter.
Dari sekian ribu teman yang kita punya di media tadi… berapa
orang sih yang benar2 menjadi sahabat sejati…? Yang benar2 peduli dengan hidup
dan mati kita.., yang siap setia saat mendengarkan segala resah dan gundah
kita..yang bisa memberikan solusi terbaik bagi setiap masalah yang kita
punya..???
Hayolah kawan…cobalah jujur dengan diri sendiri… tidak
banyak dari mereka yang kita punya tadi adalah orang2 yang benar2 punya arti
bagi kehidupan kita. Mereka hanyalah figuran dalam panggung sandiwara kehidupan
kita. Dan bahkan mungkin hanya cameo yang sekali lewat hanya keliatan jempol
kakinya dan untuk kemudian tak pernah muncul lagi.
Lantas …..apakah pula alasan yang mengijinkan kita untuk
berbagi perasaan, emosi, bahagia, benci, kesal dan perasaan lainnya pada orang
yang hanya kita kenal lewat namanya saja. Apakah pembelaan yang bisa kita pakai
untuk memberitakan pada banyak orang yang mungkin sebagian mencibir dengan
musibah dan bahagia yang kita rasa..?
Dan mengapa pula dunia harus tau bahwa pada hari ini kita
sedang dimana dan makan apa atau melakukan apa…
Atau etika manakah yang membenarkan kita untuk berbagi
rahasia rumah tangga dengan orang yang kita kenal selintas saja di masa lalu.
Apakah dunia perlu tahu semua yang ada di dada dan kepala
kita…? Takadakah lagi yang namanya
rahasia…”just you and me…?”Dimana lagi
serunya hidup kalau semua orang sudah tau apa yang kita makan, kita inginka,
kita rasakan, kita kerjakan dan kita tidak inginkan. Kalau di masa lalu orang
mesti mencari jalan berkelok-kelok untuk menanyakan apa maunya kita, nagaimana
tanggapan kita… Namun hari ini…tanpa perlu ditanyakan, kita dengan sukarela..dengan
senanghati…dengan suka cita berbagi semuanya.
Orang yang tak ada sangkut paut dengan kehidupan kita kenapa
harus tau juga tentang diri kita..siapa kita…apa yang kita inginkan…dimana kita
berada..tanggal berapa kita menikah, dilahirkan lengkap dengan silsilah keluarga 7 turunan ke bawah dan ke
atas.
Ini semua sepertinya salah satu bentuk cara mencari
perhatian.. entah perhatian siapa yang kita tuntut dan inginkan.. Apapun akan
kita lakukan untuk tetap eksis…mengganti foto profile setiap saat, up date satatus
setiap jam…
Sepertinya saya anti dengan media social ya….??? Bukan.. !!!
sama sekali bukan. Hari gini bagaimana saya bisa anti dengan fb, BB dan
teman2nya. Saya punya anak2 yang sudah beranjak remaja yang dengan jalan
menjadi teman merekalah saya akan mengawal mereka hingga selamat… bukan hanya
selamat di dunia..namun yang lebih pentingselamat di akhirat.
Pernah mendengar istilah “Cyber Crime..?” …saya ga bisa
menjelaskan persisnya definisi istilah tersebut. Tapi yang saya tangkap…bahwa
di jaman digital ini..kejahatan bukan lagi segamblang waktu saya masih SD dulu.
Kalau dulu orang ingin menculik anak, kalau bukan dengan jalan paksa yaa dengan
segala bujuk rayu yang kadangkala ga mempan lagi. Dan itupun korban dan pelaku
harus bertemu secara fisik dan butuh usaha yang tidak sedikit.
Dan hari ini….banyak dari anak gadis kita yang masih belia
dengan senang hati ikut dengan seorang laki-laki yang sama sekali mereka tidak
kenal, tidak pernah bertemu secara langsung. Mereka hanya bertemu di dunai
maya…dunia antah berantah yang sarat dengan tipu muslihat. Di facebook setiap
orang bisa menampilkan foto paling menarik yang kadang bukan foto mereka
sendiri, mencantumkan pekerjaan yang paling keren…dan menguplod foto-foto
menggiurkanyang entah mereka dapatkan
darimana.
Dan jangan kaget kalau dari mereka ada yang kembali pulang
dalam kondisi ternoda…, malu dan tak berharga.
Yang salah siapa…? Apakah orang tua…media social atau mereka
sendirikah…?
Saya tidak berani menuding siapa yang salah…semua ini adalah
fenomena yang jamak terjadi… Anak SD pun sudah pegang BB,dan gadget yang super canggih yang entah
dipergunakan untuk apa oleh mereka. Dengan tingkat kesejahteraan yang bagus
sekarang…harga bukanlah masalah buat sebagian orang tua untuk membelikan segala
macam gadget buat anak2nya. Tapi bijaksanakah kita bila anak kelas 4 SD sudah
jago dengan segala macam aplikasi yang tidak perlu buat anak seusia mereka.
Mereka bisa dengan leluasa mengakses internet setiap saat…berchatting ria
dengan orang yang kadang kita orang tuanya tidak tau itu siapa. Dan begitu
terjadi musibah….apakah kata sesal masih ada gunanya…???
Sekarang anak2 atau remaja..bukan lagi hanya menjadi korban
dari cyber crime, yang lebih tragis kadang mereka sudah menjadi pelaku, subjek
dari kejahatan itu. Mereka dengan senang hati menawarkan diri melalui uplod
foto-foto tak senonoh,mencari korban
lain yang mungkin bisa mereka dapatkan.
Sering kita orang tua menuntut anak2 kita untuk begini
begitu dan tidak begini tidak begitu…tapi seringkalipula kita lupa untuk memberikan contoh yang
indah buat mereka. Kita masih tidak bijak menggunakan media social yang ada….
Mengumbar segala macam perasaan lewat facebook, twitter, dan BlackBerry
Messanger.
Pernah ga sih terbayang kalau kita menulis sesuatu yang ga
penting…ga mutu, alay, lebay, ga jelas dan ga bener di media social terus
dibaca oleh anak2 kita…? Pernah terbayang ga reaksi mereka dengan segala
kteidakmutuan kita tadi?.
Bagaimana mereka merasa bangga dengan orang tua yang sering
uplod foto-foto ga jelas…komentar2 pedas…status2 galau…?
Atau semua ini hanya
kegalauan saya saja karena anak2 sudah beranjak remaja..?? Dan mungkin karena
yang salah kaprah dengan media social, anak2 mereka semua masih pada balita…???
Sehingga tidak mungkin mereka akan mengerti dengan segala tingkah laku orang
tuanya…???